Nyaian Dari Pak Dito
Waktu menunjukkan pukul 7.00 WIB, bel
sekolah yang terbuat dari besi tergantung di pojok kantor guru baru saja
dipukul keras oleh penjaga sekolah. Para
siswa berbaju putih bercelana merah bergegas mengambil tas punggungnya
masing-masing. Pak Dito guru kelas 3 sudah berdiri di depan pintu kelas
mengawasi dan menata para siswa yang sedang berbaris. Seorang siswa berbadan
besar berikap tegap menyiapkan teman-temannya dengan suara lantang.
Setelah barisan lengkap, kemudian
Ahmad sebagai ketua kelas menunjuk teman dari sebelah kanan untuk memasuki
kelas. Setelah dipersilahkan masuk, satu per satu anak-anak tersebut memasuki
kelas sambil mencium tangan Pak Dito. Tidak ada suara, selain detak sepatu
beradu dengan lantai. Pak Dito pun kemudian mengikuti anak-anak masuk ke kelas
setelah semuanya masuk. Sesampainya di kelas Pak Dito menyapa anak-anak dengan
senyum manis dilanjutkan dengan ajakan berdoa.
“Selamat pagi anak-anak”. Sapa Pak
Dito kepada murid-muridnya.
“Pagi Pakkkkk”. Jawab serentak
murid-murid di kelas.
“Anak-anak sebelum pelajaran
dimulai marilah kita berdoa dulu sejenak, agar diberi kemudahan dalam belajar
nanti oleh Allah SWT. Sehingga,apa yang kita pelajari nanti bisa bermanfaat di dunia
dan akherat.” Ajak Pak Dito pada murid-muridnya. “Ahmad, kamu pimpin doanya !”
Perintah Pak Dito kepada Ahmad.
“Baik pak. Siap grak, berdoa
mulai”.Ahmad memimpin doa. “Selesai...” ucap Ahmad mengakhiri doa tersebut.
“Nah..anak-anak....sebelum
pelajaran pagi hari ini dimulai, bapak mau bertanya kepada kalian semua. Siapa
yang pernah bersekolah di Taman Kanak-Kanak?”.Tanya Pak Dito kepada muridnya.
Dengan suara keras mereka menjawab
pertayaan dari Pak Dito. Mereka saling berebut mencari perhatian Pak Dito.
“Saya...,saya....saya Pak” Serentak
anak menjawab pertanyaan Pak Dito.
“Nah...anak-anak...masih ingatkah
kalian tentantg lagu Topi Saya Bundar....???” Dengan senyum manis Pak Dito
bertanya.
“Masih Pak.....” Jawab serentak
anak-anak.
“Sekarang mari kita nyanyikan
bersama-sama, setuju.....!!!!” Ajak Pak Dito
“Setuju...”Jawaban anak-anak.
Kemudian Pak Dito menyanyikan lagu
Topi Saya Bundar bersama anak-anak. Mereka dengan perasaan senang menyaanyikan lagu tersebut.
“Topi saya bundar, Bundar topi
saya, Kalau tidak bundar, Bukan topi saya”. Anak-anak menyanyi secara
bersama-sama. Lagu itu di ulang sampai tiga kali secara bersama-sama agar
anak-anak bisa hafal. Setelah mereka lancar menyanyi akhirnya Pak Dito mengajak
anak-anak mengubah syair lagu tersebut, namun cara menyanyikan masih sama.
“Anak-anak....sekarang jika kita
rubah syairnya, kira-kira kalian masih ingat
tidak lagu tersebut...? begini...
sekarang Pak Guru rubah syairnya seperti
ini” Pak Dito kemudian menuliskan syair lagu tersebut di papan tulis. Dan
hasilnya adalah sebuah gubahan lagu yang dinyanyikan dengan lirik Topi saya
Bundar.
“Sumber energi kita. Matahari, Angin. Air dan
Makanan. Listrik, Bahan Bakar” Pak Dito memberikan contah cara menyanyikan lagu tersebut
kemudian mengajak anak-anak bernyanyi bersama-sama.
“Bagaimana anak-anak mudahkan.....?,bisa
!” tanya Pak Dito
“Bisa....Pak !!!!” jawab anak-anak
serentak.
“Sekarang begini...bapak mau
bernyanyi lagi...,dengarkan ya !!!” Perintah Pak Dito pada anak-anak. Setelah
anak-anak kelihatannya antusias untuk mendengarkan lagu tersebut kemudian Pak
Dito bernyanyi sambil bergaya glelang-gleleng.
“Satu-satu aku sayang ibu. Dua-dua juga sayang
Kakak. Tiga-tiga sayang adik kakak. Satu, dua, tiga sayang semuanya..., bagaimana
bisa ?” tanya pak Dito pada anak-anak setelah bernyanyi.
“ Wah...kalau itu sih mudah
pak...,dulu di TK sudah diajari” sahut Ahmad.
“ Kecil pak...” Rio ikut menjawab dengan suara keras.
“ Sekarang..siapa yang tidak hafal
dengan lagu tersebut? ” tanya Pak Dito.
Anak-anak pada geleng-geleng
kepala, menunjukkan bahwa mereka sudah hafal dan tak asing lagi ditelinga
mereka. Maka, secara bersama-sama mereka bernyanyi dengan suara lantang.
“ Kalau begitu dengarkan lagu yang
berikut ini, namun sebelumnya perhatikan papan tulis berikut” ajak Pak Dito.
Setelah memperhatikan tulisan yang ditulis Pak Dito anak-anak menebak-nebak,
kira-kira apa yang akan dilantunkan Pak Dito.
Setelah menulisnya Pak Dito
menyanyikan syair tersebut. “ Satu-satu energi itu ada. Dua-dua tidak dapat
dilihat. Tiga-tiga dapat dirasakan. Satu, Dua, Tiga sifatnya energi.”
Setelah Pak Dito menyanyikan
kemudian ditirukan oleh anak-anak. Setelah mereka bernyanyi, tiba-tiba ada
seorang anak yang bertanya.
“ Pak...sejak tadi kok nyanyi
terus. Kapan pelajarannya” tanya Ani kepada Pak Dito.
Pak Dito hanya tersenyum melihat
anak-anak tersebut. Dan selanjutnya menjelaskan maksud dari nyanyian tadi.
“Hmmm.....,Bagus
Ani...pertanyaannya..., Begini anak-anak...lagu gubahan yang tadi sudah merupakan
pelajaran. Coba Dinda sumber energi itu ada berapa ?” setelah menjelaskan Pak
Dito bertanya pada Dinda.
“ Emmmm, ada enam pak...” jawab
Dinda.
“Pinter....dari mana kamu tahu ada
enam” tanya pak Dito lagi.
“ Kan dari nyanyian tadi pak...ada
Matahari, Angin, Air, makanan, Listrik dan bahan bakar pak...” Dinda menjawab
pertanyaan pak guru.
“iya...tepat sekali...kamu paham
An...? sekarang sebutkan sifat-sifat energi tu !” Pak Dito memandang Ani dengan
seyum manis, kemudian mengajukan pertanyaan.
“Eeeee apa ya....o ya...itu pak.
Satu energi itu ada, Dua...tidak dapat dilihat. Tiga dapat dirasakan....” jawab
Ani.
“Benar sekali...ternyata kalian
sudah paham.....,Nyanyian itu tadi untuk mempermudah kalian menghafal materi pelajaran
dengan rasa senang. Karena dengan bernyanyi hati akan riang. Tanpa kita sadari
materi pun tidak sulit untuk kita hafalkan. Juga bisa dilakukan kapan dan
dimanapun kita berada. Mengerti kalian,,???” Pak Dito menjelaskan pada
anak-anak.
“mengerti pak....” jawab serentak
anak-anak.
Ternyata nyanyian-nyanyian dari pak
Dito tadi untuk memudahkan anak-anak memahami pelajaran. Dengan begitu
anak-anak akan merasa senang dan mudah mengikuti pelajaran dari Pak Dito. Jika
nantinya ada ulangan anak-anak dengan mudah mengerjakan soal-soal tersebut
dengan senang hati. Karena dalam otaknya tinggal membuka memori nyanyian
tersebut dan menyanyikannya dalam hati.