Kajian
Kritis atas Tulisan
Pembalajaran
Tematik Lebih Menarik dan Bermakna
Karya
Dra. Sri Istanti MPd
(UPT
Dikdas Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali )
Oleh
Gito
Guru
SD N 3 Selorejo
Kecamatan
Girimarto Kabupaten Wonogiri
PENDAHULUAN
Kajian kritis ini
secara umum bertujuan menulusuri suat tulisan tertentu yang bersifat ilmiah dari surat kabar atau
majalah untuk keperluan pengembangan gagasan dalam penulisan sebuah PTK. Sedangkan secara khusus kajian kritis ini bertujuan
untuk pemerkayaan konsep dan model-model pengembangan gagasan yang telah
dilakukan oleh penulis tertentu.
Pilihan tulisan jatuh
kepada tulisan Dra. Sri Istanti MPd dari UPT Dikdas Kecamatan Boyolali kabupaten
Boyolali dengan judul Pembelajaran
Tematik (2) Lebih Menarik dan Bermakna. Tulisan ini diperoleh dari majalah
GENTA No.149 / TAHUN VII / 20 JUNI – 04 JULI 2010. Alasan pemilhan tulisan ini adalah topik
yang disajikan bersifat menarik dan
telah dikenali oleh guru Sekolah Dasar Kelas rendah akan tetapi masih banyak
guru yang belum mampu menerapkannya. Tulisan Sri Istanti ini dapat memberi kesempatan
kepada kita khususnya guru kelas rendah untuk mengaitkan anatara pembelajaran
yang selama ini kita lakukan dengan isi tulisan ini.
Sejumlah manfaat yang
dapat diperoleh dengan melakukan kajian
kritis pada tulisan Sri Istanti adalah
(1) bagi peserta kegiatan KKG BERMUTU yang belum memilki topik PTK, hasil
kajian kritis ini dapat membentangkan jalan menuju identifikasi masalah, (2)
bagi mereka yang sedang menulis, hasil kajian kritis ini dapat menjadi sumber
pengembangan gagasan dalam pengembangan kajian pustaka, dan (3) bagi mereka
yang telah melaksanakan penelitian dan sedang dalam proses mengembangkan laporan,
kajian kritis ini dapat menjadi bahan perbandingan temuannya.
KAJIAN KRITIS
- Performansi
Tulisan
Sri Istanti dibagi ke dalam empat bagian, yaitu (1) Pendahuluan berupa prakata
pengantar, (2) Langkah-langkah pembelajaran tematik, (3) membicarakan tempat,pelaku
dan penerima,serta sistem pembinaan dan pengawasan pembelajaran tematik (4) Kesimpulan. Tulisan disajikan dalam 1 halaman
dengan spasi satu tipe huruf font 12 times new roman.
2.
Pengembangan gagasan
Dalam tulisan ini Sri Istanti
mengembangkan pemikirannya menjadi beberapa bentuk. Bentuk –bentuk tersebut
diantaranya pengembangan dengan model Deduktif –Induktif,dan perincian
kegiatan. Model Deduktif Induktif ditemukan pada paragraph satu, dua dan
tiga.sedangkan perincian dijumpai pada
paragraph empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, dan sepuluh.
3.
Fokus
Pembahasan
Bagian awal tulisan ini menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran tematik dalam bentuk persiapan dan tahap
pelaksanaan. Sedangkan dalam tahap pelaksanaan adanya langkah-langkah yang
harus dikerjakan guru dalam pembelajaran yaitu (1) Kegiatan Pendahuluan/awal
/pembukaan selama kurang lebih 1 jam pelajaran, kegiatan ini untuk pemanasan
sebelum menginjak ke materi pelajaran.(2) Kegiatan Inti dilakukan kuarng lebih
selama 3 jam pelajaran,kegiatan ini bertujuan mengembangkan baca, tulis, hitung
atau fokus indikator yang akan dicapai.(3) Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak
Lanjut kuarang lebih selam 1 jam pelajaran,sifat dari kegiatannya adalah untuk
menenangkan dengan menyimpulkan atau mengungkapkan hasil pembelajaran yang
telah dilakukan.
Kemudian, Sri Istanti menjelaskan tempat
kegiatan pembelajaran tematik serta pelaku dan pesertanya. Tempat pembelajaran
tematik di sekolah dasr kelas rendah yaitu kelas I sampai kelas III. Selainya,
sudah diterapkan di taman kanak – kanak.
Pemahaman terhadap pembelajarantematik
ditekankan pada Pengawas sekolah TK / SD, Kepala Sekolah, dan guru kelas. Untuk
guru kelas diharuskan semua guru memahami dari guru kelas I samapai guru kelas
VI, karena terkadang di setiap sekolahan setiap tahun adanya pembagian tugas
mengajar dan apabila terjadi pergeseran kelas sudah tidak bingung lagi.
Dalam membelajarkan pembelajaran tematik
kepada kepala sekolah dan guru, sebelumnya pengawas harus menguasai terlebih
dahulu secara mendetail dan mengadakan sosialisasi melalui petemuan Kelompok
Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan Gugus Kelompok Kerja Guru (KKG). Dalam tahapan
ini kepala sekolah dan guru harus bisa membuat RPP, kemudian membentuk guru
model untuk melaksanakannya. Selanjutnya guru model melaksanakan pembelajaran
yang lain sebagai pengamat.
Sri Istanti mengemukakan dalam
tulisannya bahwa untuk pembelajaran tematik bisa lebih menarik dan bermakna
sebagai sarana membelajrkan kepada kepala sekolah dan guru melalui kegiatan
gugus. Karena untuk meningkatkan profesionalisme perlunya suatu kerjasama dan
tanggung jawab bersama.
PENUTUP
Berdasarkan kajian terhadap tulisan Sri
Istanti di atas dapat ditarik suatu manfaat yaitu penerapan pembelajran tematik
di setiap sekolah secara kontinyu dan berkesinambungan dengan memanfaatkan
kegiatan gugus sebagai sarana pembelajarannya. Karena, pembelajaran tematik
secara teori begitu mudah. Namun, masih tidak sedikt dari guru yang mengampu
kelas rendah si sekolah dasar sudah melaksanakannya setiap hari.
0 komentar