PENGARUH EMOSI
TERHADAP KECERDASAN INDIVIDU
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Emosi
merupakan sesuatu yang muncul setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan
kita. Emosi merupakan suatu pola yang kompleks dari perubahan yang terdiri dari
reaksi fisiologis, perasaan-perasaan yang subyektif, proses kognitif, dan
reaksi perilaku, yang semuanya itu merupakan respon atas situasi yang kita
terima.
Didalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:228) emosi juga diartikan sebagai “Suatu
keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan,
kehancuran, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif”. Menurut Daniel
Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam individu sesorang.
Emosi
dapat bersifat negatif dan dapat juga bersifat positif. Hal tersebut,
tergantung dari situasi yang dihadapi atau dirasakan oleh individu. Karena
sifat positif atau negaatif emosi individu bisa dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal individu tersebut. Faktor internal dipengaruhi dari
dalam tubuh pribdi individu tersebut. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi
dri luar individu yaitu lingkungan. Dengan demikian, emosi adalah suatu
perasaan (efek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu.
Namun
kenyataannya dalam kehidupan ini, tidak sedikit dari kita yang belum bisa
mengenal dan mampu memahami emosinya sendiri. Akibat dari ketidak pahaman
tentang emosi menyebabkan tidak bisanya mengelola emosi tersebut menjadi energi
yang positif. Jika kita sebagai individu tahu dan mengerti pengaruh-pengaruh
emosi terhadap dirinya, maka kita akan tahu bagaimana cara mengelola emosi
tersebut. Oleh karena itu, perlunya kita mengenal bentuk, ataupun faktor-faktor
yang mempengaruhi emosi terhadap individu. Karena dengan emosi akan terermin
perilaku baik atau buruknya individu dalam lingkungn. Maka dari itu Atkinson
(1983 : 45 ) membedadak emosi hanya 2 jenis yakni emosi yang menyenangkan dan
emosi tidak meyenangkan. Sedangkan Martin (2003 : 26 ) menyatkan bahwa emosi
dapat dikatak baik atau buruknya tergantung pada akibat yang ditimbulkan baik
terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
definisi diatas, maka dapat dirumusakan suatu masalah sebagai berikut :
1.
Apakah faktor yang
mempengaruhi emosi terhadap individu ?
2.
Apakah emosi dapat mempengaruhi
kecerdasan emosional individu?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Ingin
mengetahui apa yang dimaksud dengan emosi.
2. Menambah
wawasan penulis tentang pengaruh
emosi/perasaan terhadap individu.
3. Memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Umum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Emosi
Perbuatan atau tingkah laku kita
sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti
perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak tidak senang yang
terlalui menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif.
Warna afektif kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak
jelas (samara-samar). Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan
menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini
disebut emosi (Sarlito, 1982: 59). Disamping perasaan senang atau tidak senang,
beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, cinta, marah, takut,
cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang
berbeda, tetapi perbedaan antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas,
emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif
berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat suatu warna
afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai
emosi. Contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali
kita mendefinisikan emosi, menurut Crow dan Crow (1958) pengertian emosi itu
sebagai berikut : “ an emotion, is an
affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental
and physioligicial strirredup states in the individual, and that shows it self
in his overt behavior.”
Jadi, emosi adalah pengalaman
efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan
mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Emosi Terhadap Perkembangan Individu
Salah
satu faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan individu adalah faktor
lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis. Faktor lingkungan ini ada
pula yang menyebutkan sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan
lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Melalui
lingkungan bisa membentuk individu sebagai makhuk sosial, sehingga kenyataannya
akan menuntut suatu keharusan sebaga makhluk sosial untuk saling berinteraksi
dan bergaul satu dengan yang lainnya. Disamping itu lingkungan dapat pula membentuk wajah budaya
bagi individu. Lingkungan dengan keanekaragaman dan kekayaannya merupakan
sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi
dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup
adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap
segala apa yang tersedia di alam.
Kemudian suatu individu juga dipengaruhi oleh faktor keturunan yang merupakan pembawaan sejak lahir. Berbeda dengan faktor lingkungan, faktor keturunan pada umumnya cendrung bersifat kodrati yang sulit untuk di modifikasi. Seberapa kuat pengaruh keturunan sangat bergantung pada besarnya kualitas dari gen yang dimiliki oleh orang tuanya. Dalam faktor keturunan berlaku beberapa asas yang mendasari pemikiran dari faktor keturunan tersebut. Pertama Asas Reproduksi yang berpendapat bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri perilaku yang diturunkan orang tua kepada anaknya hanyalah bersifat reproduksi, yaitu memunculkan kembali mengenai apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih saja, dan bukan didasarkan pada perilaku orang tua yang diperolehnya melalui hasil belajar atau hasil berinteraksi dengan lingkungannya, kedua Asas Variasi yang berpendapat bahwa penurunan sifat pembawaan dari orang tua kepada anak-anaknya akan bervariasi, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya. Ketiga Asas Regresi Filial berpendapat bahwa terjadi pensurutan sifat atau ciri perilaku dari kedua orangtua pada anaknya yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik dalam perpaduan pembawaan ayah dan ibunya, sehingga akan didapati sebagian kecil dari sifat-sifat ayahnya dan sebagian kecil pula dari sifat-sifat ibunya. Keempat Asas Jenis Menyilang menurut asas ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran menyilang jenis. Dan terakhir yaitu Asas konformitas yaitu bahwa seorang anak akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.
Kemudian suatu individu juga dipengaruhi oleh faktor keturunan yang merupakan pembawaan sejak lahir. Berbeda dengan faktor lingkungan, faktor keturunan pada umumnya cendrung bersifat kodrati yang sulit untuk di modifikasi. Seberapa kuat pengaruh keturunan sangat bergantung pada besarnya kualitas dari gen yang dimiliki oleh orang tuanya. Dalam faktor keturunan berlaku beberapa asas yang mendasari pemikiran dari faktor keturunan tersebut. Pertama Asas Reproduksi yang berpendapat bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri perilaku yang diturunkan orang tua kepada anaknya hanyalah bersifat reproduksi, yaitu memunculkan kembali mengenai apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih saja, dan bukan didasarkan pada perilaku orang tua yang diperolehnya melalui hasil belajar atau hasil berinteraksi dengan lingkungannya, kedua Asas Variasi yang berpendapat bahwa penurunan sifat pembawaan dari orang tua kepada anak-anaknya akan bervariasi, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya. Ketiga Asas Regresi Filial berpendapat bahwa terjadi pensurutan sifat atau ciri perilaku dari kedua orangtua pada anaknya yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik dalam perpaduan pembawaan ayah dan ibunya, sehingga akan didapati sebagian kecil dari sifat-sifat ayahnya dan sebagian kecil pula dari sifat-sifat ibunya. Keempat Asas Jenis Menyilang menurut asas ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran menyilang jenis. Dan terakhir yaitu Asas konformitas yaitu bahwa seorang anak akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.
Sesudah membahas individu dari segi
faktor yang mempengaruhinya kini waktunya untuk membahas emosional dari suatu
individu. Emosional dari suatu individu memiliki beberapa ciri yaitu lebih
bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnnya seperti pengamatan
dan berfikir, kemudian bersifat fluktuatif atau tidak tetap, dan banyak bersangkut
paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif.Emosi diekspresikan
dalam perilaku, emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan dalam
perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suara/bahasa. Ekspresi
emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan. Perasaan
dan emosi pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak bisa
dilepaskan. Perasaan selalu saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi.
Perasaan merupakan pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh rangsangan
dari eksternal maupun internal (keadaan jasmaniah) yang cenderung lebih
bersifat wajar dan sederhana. Demikian pula, emosi sebagai keadaan yang
terangsang dari organisme namun sifatnya lebih intens dan mendalam dari
perasaan. Menurut Nana Syaodih Sukadinata (2005) perasaan menunjukkan suasana
batin yang lebih tenang, tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan
angin sepoy-sepoy sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih
dinamis, bergejolak, dan terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan,
karena menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah yang bisa diamati.
Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga. Tingkat kematangan emosi (emotional maturity) seseorang dapat ditunjukkan melalui reaksi dan kontrol emosinya yang baik dan pantas, sesuai dengan usianya. Adalah hal yang wajar bagi seorang anak kecil usia 3-5 tahun, apabila dia merasa kecewa ketika tidak dipenuhi keinginannya untuk dibelikan permen coklat atau mainan anak-anak dan kemudian mengekspresikan emosinya dengan cara menangis dan berguling-guling di lantai. Tetapi, akan menjadi hal yang berbeda, jika hal itu terjadi pada seorang remaja atau dewasa dan jika hal itu benar-benar terjadi maka jelas dia belum menunjukkan kematangan emosinya.
Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga. Tingkat kematangan emosi (emotional maturity) seseorang dapat ditunjukkan melalui reaksi dan kontrol emosinya yang baik dan pantas, sesuai dengan usianya. Adalah hal yang wajar bagi seorang anak kecil usia 3-5 tahun, apabila dia merasa kecewa ketika tidak dipenuhi keinginannya untuk dibelikan permen coklat atau mainan anak-anak dan kemudian mengekspresikan emosinya dengan cara menangis dan berguling-guling di lantai. Tetapi, akan menjadi hal yang berbeda, jika hal itu terjadi pada seorang remaja atau dewasa dan jika hal itu benar-benar terjadi maka jelas dia belum menunjukkan kematangan emosinya.
Untuk itu kita sebagai seorang
individu harus bisa memelihara emosi kita karena emosi sangat memegang peranan
penting dalam kehidupan kita, emosi akan memberi warna kepada kepribadian,
aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan
kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga,
maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya
yang konstruktif seperti pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata,
2005) yaitu bangkitkan rasa humor, peliharalah selalu emosi-emosi yang positif,
jauhkanlah emosi-emosi yang negative, senatiasalah berorientasi kepada
kenyataan, dan terakhir dengan mengurangi dan menghilangkan emosi yang negatif.
Apabila individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah
berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya
tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi
tersebut, pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan
pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.
C.
Pengaruh
Emosi Terhadap Kecerdasaan Emosioanl
Emosi
dapat mempengaruhi suatu kecerdasan. Karena mosi akan berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang. Sebab, ketika seseorang berpikiran negatif perasaan
orang tersebut cenderung menjadi negatif. Begitu pula sebaliknya ketika
seseorang berpikir positif, perasaan orang tersebut cenderung positif. Maka dari itu emosi merupakan warna afektif yang
menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif
adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
(menghayati) suatu situasi tertertu.
Ada
beberapa faktor kecerdasaan emosional yang dimiliki oleh individu yang akan
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Faktor-faktor kecerdasan emosional
tersebut, yaitu : 1) Mengenali emosi diri, 2) Mengelola emosi, 3) Memotivasi
diri sendiri, 4) Mengenali emosi orang lain, 5) Membina hubungan” (Goleman,
2002: 58). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Mengenal Emosi Diri
Mengenali Emosi diri sendiri
merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli
psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri.
“Menurut Mayer kesadaran diri adalah
waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang
waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh
emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan
salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah
menguasai emosi” (Goleman, 2007:64).
2.
Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan
individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau
selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi
yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi.
“Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan
mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri
sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan
akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari
perasaan-perasaan yang menekan” (Goleman, 2007:77).
3.
Memotivasi Diri Sendiri
Memotivasi diri sendiri merupakan
menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan hal yang sangat penting dalam
kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai
diri sendiri,dan untuk berkreasi. “Kendali diri emosional, menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan
dalam berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan
terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki
keterampilan ini cendrung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun
yang mereka kerjakan” (Goleman, 2007:58).
4.
Mengenal Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi
orang lain disebut juga empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain
atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi
yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa “orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non
verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
mudah bergaul, dan lebih peka” (Goleman, 2007: 136). Nowicki, ahli psikologi
menjelaskan bahwa “anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi
dengan baik akan terus menerus merasa frustasi” (Goleman, 2007: 172). Seseorang
yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi.
Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui
emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca
perasaan orang lain.
5.
Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan
merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan
kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk
mendapatkan apa yang diinginkan dan sulit juga memahami keinginan serta
kemampuan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam
keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. “Orang
berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang
lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang
menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi” (Goleman, 2007:59). Ramah
tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk
positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana
kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang
dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penulis mengambil komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari
kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan
emosional.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Faktor internal
Faktor internal adalah apa yag ada
dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini
memiliki dau sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah
faktor fisik dan kesehatan individu, apa bila fisik dan kesehatan seseorang
dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya.
Segi psikologis mencangkup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir
dan motivasi.
b.
Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah stimulus dan
lingkungan dimana kecerdasan emosional berlangsung. Faktor eksternal meliputi:
1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang
mempengruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa
distori dan 2) lingkungan atau situasi khususnya yang melatar belakangi
kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatar belakangi merupakan kebulatan
yang sangat sulit dipisahkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas dalam
makalah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Emosi adalah pengalaman efektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang nampak. Emosi juga dapat dikatakan sebagai
warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
2.
Faktor emosi yang mempengaruhi perkembangan individu adalah
faktor lingkungan fisik dan lungkungan sosio-psikologis.
3.
Faktor keturunan dipengaruhi oleh beberapa azas, diantaranya
adalah : Azas Reproduksi, Azas Variasi, Azas Regresi Filial, dan Azas Jenis
Menyilang.
4.
Faktor-faktor dari pada kecerdasan emosional, yaitu : 1)
Mengenali emosi diri, 2) Mengelola emosi, 3) Memotivasi diri sendiri, 4)
Mengenali emosi orang lain, 5) Membina hubungan.
5.
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi dibagi
menjadi dua, yaitu: Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
B.
Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan
makalah ini. Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tidak retak dan tidak
ada final dalam menuntut ilmu. Dengan kerendahan hati penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan senang hati kritik dan saran dan
pandangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Martin,
Anthony Dio, 2003. Emotional Quality
Manajement Refleksi, Revisi Dan Revitalisasi
Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Arga.
Tiem
Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sarwono,
Sarlito Wirawan (1991), psikilogi remaja.
Jakarta: rajawali press.
http://boharudin.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
diakses pada hari Kamis tanggal
8-11-2012 Pukul 13.00 WIB.
http://pojokceleban.wordpress.com/2012/02/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kecerdasan-emosional/
diakses pada hari Kamis tanggal 8-11-2012 Pukul 13.10 WIB.
http://www.duniapsikologi.com/emosi/
diakses pada hari Kamis tanggal 8-11-2012 Pukul 13.16 WIB.
http://usman1993.blogspot.com/2010/10/faktor-yang-mempengaruhi-dan-pemahaman.html diakses
pada hari Kamis tanggal 8-11-2012 Pukul 13.20 WIB.
http://meyla252.wordpress.com/2011/06/20/pengaruh-emosi-terhadap-perilaku-dan-perubahan-fisik-individu/
diakses pada hari Kamis tanggal 8-11-2012 Pukul 13.45 WIB.
http://raisaaryasheba.blogspot.com/2012/04/emosi.html diakses pada hari Kamis
tanggal 8-11-2012 Pukul 13.00 WIB.
0 komentar